 |
| SRI WAHYUNI |
Pasaman Barat, smartsumbar.com - Di antara nilai terbaik bagi generasi penerus bangsa, dari pandemi Covid-19 adalah, keluarnya kebijakan pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), terbit dan ditetapkan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) lembaga pendidikan di negeri ini.
Pada penerapan IKM di lembaga pendidikan, mulai tingkat SD/MI (Madrasah Ibtidaiyah), SMP/Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan tingkat SMA/SMK atau Madrasah Aliyah (MA), proses pembelajaran yang dikenalkan dan diajarkan kepada peserta didiknya, bukan sekedar ilmu teori, seperti penerapan atau implementasi dari kurikulum sebelumnya.
"Pada kurikulum merdeka yang secara teknis, berlaku bagi siswa yang mulai mengikuti proses pembelajaran di tahun pelajaran 2022-2023 ini, lebih menjurus pada pemetaan potensi dan kemampuan para peserta didik", kata Kepala SMP Negeri 4 Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Sri Wahyuni, di ruang kerjanya, belum lama ini.
"Kita merasakan, banyak hal yang menjadi kendala di dunia pendidikan saat pandemi Covid-19 menimpa bangsa dan negara ini. Namun, atas rasa tanggung jawab dan kebersamaan, agar proses belajar dan mengajar setiap siswa, tetap berjalan dengan maksimal, mencul ide dan gagasan, melalui penataan kurikulum pendidikan di setiap jenjang, melalui IKM", kata Kepala SMP Negeri 4 Pasaman itu.
Untuk muatan lokal, ulas Sri Wahyuni, satuan pendidikan tentu dapat menambahkan muatan tambahan sesuai dengan kebutuhan, karakteristik dan kearifan lokal yang ada. Satuan pendidikan, mengelola kurikulum muatan lokal secara fleksibel. Muatan lokal yang dimaksud, dapat dilakukan melalui tiga metode.
Ketiga metode itu, jelas adalah, Satu. Metode mengintegrasikan muatan lokal ke dalam mata pelajaran lain, Dua. Mengintegrasikan muatan lokal ke tema proyek penguatan profil Pancasila, dan Metode Ketiga. Mengembangkan mata pelajaran khusus muatan lokal yang berdiri sendiri sebagai bagian dari program intrakurikuler.
Khusus jenjang SMP, kata Sri Wahyuni, mata pelajaran informatika menjadi mata pelajaran wajib, sedangkan mata pelajaran prakarya menjadi salah satu pilihan bersama mata pelajaran Seni (Seni Musik, Seni Tari, Seni Rupa, Seni Teater). Mata pelajaran Informatika berisi berbagai kompetensi untuk menunjang keterampilan berpikir kritis dan sistematis guna menyelesaikan beragam permasalahan umum.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, ulasnya lagi, yang dapat memilih minimal dua jenis keterampilan. Dan pemilihan sejenis bentuk keterampilan yang dimaksudkan, agar peserta didik lebih fokus mendalami keterampilan yang diajarkan secara utuh. Sedangkan saat siswa berada di kelas VII, peserta didik masih dapat memilih minimal 2 jenis keterampilan dari 20 jenis keterampilan yang ada.
Dalam kurikulum Merdeka ketuntasan hasil belajar tidak lagi diukur dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berupa nilai kuantitatif. Asesmen formatif pada pembelajaran dilakukan untuk mengidentifikasi ketercapaian tujuan pembelajaran.
Capaian belajar dapat diidentifikasi dengan mengidentifikasi ketercapaian tujuan pembelajaran. Guru diberikan keleluasaan untuk menentukan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan karakteristik kompetensi pada tujuan pembelajaran dan aktivitas pembelajarannya. Selain itu, peserta didik dapat melanjutkan ke kelas di atasnya sesuai dengan potret ketercapaian tujuan pembelajaran.
Dukungan dari orang tua merupakan salah satu kunci keberhasilan penerapan Kurikulum Merdeka. Dengan demikian, secara konkret orang tua bisa menjadi teman dan pendamping belajar bagi anak. Memahami kompetensi yang perlu dicapai anak pada fasenya. Orang tua dapat pula mempelajari buku-buku teks yang digunakan dalam Kurikulum Merdeka melalui buku.kemdikbud.go.id. Kemendikbudristek terus berupaya untuk menghadirkan dan menyediakan buku-buku yang lebih asik, tidak terlalu padat, dan lebih banyak ilustrasi menarik dengan tema yang lebih menyentuh dan relevan. (gmz)
